PROPOSAL PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran
Agama
dan kehidupan beragama merupakan fenomena yang tak terlepaskan dari kehidupan
dan perjalanan sejarah kehidupan manusia. Setidaknya ada lebih dari 5 agama
besar berbeda yang yang mempunyai penganut di seluruh dunia. Walaupun secara
garis besar agama-agama ini mempunyai aspek-aspek yang sama. Sistem keimanan,
ritual, norma, namun sifat dan detailnya tentu berbeda. Ada yang inklusif
pluralis ada pula yang eksklusif, ada yang missionary ada pula yang
non-missionary. Penelitian agama perlu dilakukan untuk mengetahui fenomena
agama dalam kehidupan dan mengetahui perbedaan antar agama agar bisa menentukan
sikap toleransi yang seharusnya diambil oleh penganut agama masing-masing.
Dengan tidak adanya sikap toleransi, maka dapat menimbulkan Konflik Agama. Selain
itu, kegiatan-kegiatan keagamaan tiap agama pun berbeda seperti :
v Ritual
Bentuk aktivitas keagamaan yang
berupa ritual ini pada dasarnya lebih didasarkan kepada seperangkat ritual yang
berupa tindakan keagamaan, baik alam bentuk formal atau praktek-praktek suci
yang harus dilaksanakan bagi semua penganut agama tertentu. Bentuk ritual ini
biasanya mengacu pada ketaatan seseorang dalam menjalankan agamanya sebagai
bentuk ibadah.
v Ibadah
Pengertian
ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan
segala perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi larangan-Nya karena Allah
semata. Ibadah adalah manifestasi naluri beragama yang dimiliki oleh setiap
orang. Oleh karena itu, dari masa ke masa di berbagai pelosok bumi ini ada
orang yang melakukan aktivitas ibadah terlepas dari benar salah ibadahnya
seperti penyembahan para dewa di kalangan orang-orang Yunani, Rumawi, India,
China dan bangsa-bangsa lainnya. Dan saat ini minat untuk beribadah di
tempat-tempat ibadah sudah sangat berkurang, itu terlihat dari sepinya
tempat-tempat ibadah yang hampir ada dimanapun.
v Peringatan Hari Besar Keagamaan
Peringatan hari besar keagamaan pada
dasarnya merupakan bagian dari aktivitas keagamaan meskipun dalam dataran
normatif bukan merupakan bagian inti dari suatu ajaran keagamaan.
v Dakwah
Dakwah pada hakekatnya merupakan
upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Dengan
dakwah terjadilah perubahan sosial dari suatu masyarakat, begitu pula
sebaliknya perubahan sosial ikut juga menentukan arah dilaksanakan kebanyakan
dakwah Islam dituntut oleh adanya pergeseran nilai yang ada dalam masyarakat.
B. Permasalahan Penelitian
v Bagaimana
kegiatan-kegiatan tiap agama?
v Bagaimana
fenomena agama dalam kehidupan serta perbedaan agama dalam kehidupan?
C. Metode Penelitian
Dalam
kasus ini, Saya menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Metode yang Saya gunakan dalam metode kualitatif adalah metode studi kasus (case study). Metode ini bertujuan untuk
mempelajari sedalam-sadalamnya salah-satu gejala nyata dalam kehidupan
masyarakat. Studi kasus dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok,
masyarakat setempat (community), lembaga-lembaga maupun individu-individu.
Dasarnya adalah bahwa menelaah suatu persoalan khusus yang merupakan gejala
umum dari persoalan lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum.
Alat
yang Saya gunakan dalam metode ini adalah wawancara (interview). Wawancara (interview) dilakukan secara tersusun maupun
tidak tersusun. Saya menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak
berwawancara, dan yang terakhir Saya memimpin pembicaraan.
D. Tema-Tema Studi
v
Kegiatan Keagamaan
v
Sikap Toleransi Beragama
v Penyebab
Konflik Keagamaan
v Berkurangnya
Minat Ibadah di Tempat Ibadah
v Fenomena
Agama dalam Kehidupan
E. Kerangka Teori
v Teori
Agama (Emile Durkheim)
Definisi
agama menurut Durkheim adalah suatu "sistem kepercayaan dan praktek yang
telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus
kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu
komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini ada dua unsur yang
penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu "sifat
kudus" dari agama dan "praktek-praktek ritual" dari agama. Agama
tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi
agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan
agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini dapat kita lihat
bahwa sesuatu itu disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari
bentuknya, yang melibatkan dua ciri tadi. Kita juga akan melihat nanti bahwa
menurut Durkheim agama selalu memiliki hubungan dengan masyarakatnya, dan
memiliki sifat yang historis.
Menurut
Durkheim masyarakat (melalui individu) menciptakan agama dengan mendefinisikan fenomena
tertentu sebagai sesuatu yang sakral sementara yang lain sebagai profan. Agama
adalah sistem simbol yang dengannya masyarakat dapat menyadari dirinya. Inilah
satu-satunya cara yang bisa menjelaskan kenapa setiap masyarakat memiliki
kepercayaan agama, akan tetapi masing-masing kepercayaan tersebut berbeda satu sama
lain.
v Teori
Konflik (Karl Marx)
Menurut
Karl Marx Teori konflik adalah salah satu perspektif di dalam sosiologi yang
memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian
dan komponen-komponen yang mempunyai kepantingan yang berbeda-beda dimana
komponen yang satu berusaha untuk menaklukan komponen yang lain guna memenuhi
kepentingannya masing-masing. Menurut Karl Marx hakekat kenyataan sosial adalah
konflik dan kenyataan sosial itu sendiri bisa ditemukan dimana-mana. Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, seperti kebencian dan permusuhan. Konflik juga
dapat terjadi di lingkungan kecil seperti individu ataupun lingkungan luas
seperti masyarakat. Pada tarap individu konflik timbul lebih kepada
pertentangan, ketidakpastian atau emosi dan dorongan yang antagonistik di dalam
dirinya. sedangkan pada tarap masyarakat konflik bersumber pada perbedaan
antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok satu dengan yang lainnya.
salam sukse gan, sudah berbagi ilmu
BalasHapus